Thursday, March 7, 2013

Giant Sea Wall, impian yang (akan) terwujud?



Oleh: Ris Sukarma


Rencana Tanggul Laut Raksasa (Jakarta Coastal Defense Strategy, 2011)
Kompas hari ini (7/3) mewartakan kebulatan niat pemerintah untuk segera mulai membangun Giant Sea Wall, itu tembok raksasa penahan air laut di lepas pantai Jakarta. 


Setelah ‘Deep Tunnel” mendapat dukungan penuh Gubernur Jokowi (lihat juga tulisan saya tentang deep tunnel di sini), sekarang tanggul laut raksasa ini juga tampaknya menjadi prioritas utama Pemerintah DKI yang didukung sepenuhnya oleh Pemerintah Pusat. 

Niat pemerintah ini disampaikan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa selepas rapat koordinasi pada hari sebelumnya, yang juga dihadiri Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Perhubungan, Gubernur DKI dan Gubernur Jawa Barat. 


Tanggul raksasa ini, seperti juga Deep Tunnel, bukan barang baru. Tahun lalu, sebelum masa jabatannya berakhir, Bang Foke sudah menyatakan niatnya untuk membangun tanggul ini. “Tanggul laut raksasa akan dibuat di teluk Jakarta”, kata Foke sebagaimana disampaikannya pada Kompas.com Agustus tahun lalu. Tapi rupanya program tersebut belum mendapat dukungan pemerintah pusat, karena besarnya skala proyek. Rencana pemerintah untuk membangun tanggul ini pada tahun 2025 ditentang para ahli, yang berpendapat tahun 2025 sudah terlalu terlambat, karena 10% daratan Jakarta sudah akan tenggelam. Armi Susandi, ahli klimatologi dari ITB mengatakan, sebagaimana dikutip the Jakarta Globe (31 Januari 2011), bahwa sesuai hasil risetnya tanggul itu harus dibangun paling lambat tahun 2015. 


Deep tunnel dan giant see wall, keduanya adalah bangunan air maha besar, baik dalam skala maupun biayanya. Giant sea wall diberitakan akan menelan biaya 230 trilyun rupiah, jauh lebih besar dari deep tunnel yang “hanya” 16,4 trilyun rupiah. Barangkali dalam sejarah pembangunan infrastruktur air di Indonesia belum ada yang menandingi besarnya proyek raksasa ini, yang diharapkan selesai dalam 15 tahun! 


Berbeda dengan deep tunnel yang akan mengandalkan dana publik, giant sea wall diharapkan dibangun melalui kerjasama dengan fihak swasta melalui kemitraan pemerintah dan swasta (KPS). Swasta diikutsertakan karena tanggul laut ini “menarik secara bisnis dan komersial sehingga banyak yang mau terlibat” kata Jokowi. Dengan selesainya tanggul ini maka bukan saja Jakarta akan terbebas dari banjir dan rob (air pasang), tapi akan ada tambahan lahan seluas 4.000 hektar dari hasil reklamasi laut. Selain itu, diatas tanggul nantinya akan dibangun jalan tol.


Sepanjang yang penulis ketahui, gagasan membangun tanggul raksasa ini sudah cukup lama, tapi studi yang lebih serius baru dimulai pada tahun 2011 melalui bantuan hibah Pemerintah Kerajaan Belanda. Hasil studi, yang baru selesai September 2011 yang lalu, mengajukan arah strategis pertahanan pantai Jakarta atau Jakarta coastal defense strategic direction, berdasarkan tiga skenario pembangunan tanggul secara bertahap, yang diselaraskan dengan pembangunan sarana dasar lainnya seperti jaringan jalan, air minum dan sanitasi. 


Kita terkesan dengan konsep yang sedang dikembangkan. Kita juga mensyukuri langkah pemerintah yang akan segera membangun tanggul raksasa itu. Kita setuju gagasan-gagasan besar jangan hanya tersimpan rapi dalam rak buku, tapi dilaksanakan sesuai kemampuan yang ada. Disisi lain, kita tetap perlu berhati-hati. Proyek-proyek besar selalu menghadapi masalah dan tantangan yang besar pula. Masalah pemeliharaan misalnya, selalu terabaikan. Penulis pernah meninjau pompa dan waduk Pluit yang menjadi benteng terakhir kota Jakarta dari gempuran air laut dan luapan banjir dari daratan. Penulis prihatin betapa pompa dan waduk Pluit sangat miskin pemeliharaan. Beberapa tanggulnya sudah pecah dan roboh, sepertiga dari waduknya dipenuhi tanaman eceng gondok dan gubuk-gubuk liar.


Jangan pula tersandung pada kasus korupsi, yang tidak hanya membuat proyek terbengkalai, tapi juga menyita banyak waktu bangsa ini untuk membenahinya. Aspek-aspek non teknis jangan pula dilupakan. Slamet Daryoni dari Indonesian Green Institute, sebagaimana dikutip the Jakarta Globe (31 Januari 2011), mengingatkan dampak dari pembangunan tanggul raksasa ini terhadap kehidupan masyarakat pantai dan nelayan, yang kadang terabaikan dan terlupakan.

  

No comments:

Post a Comment