Friday, March 29, 2013

Telur Paskah dan Legenda yang Menyertainya


(Catatan: cerita yang tercecer dari Adelaide sewaktu saya mampir kesana tahun lalu) 

Dalam beberapa hari ini umat Kristiani akan merayakan Paskah, yang dalam bahasa Inggeris disebut Easter, dan telur Paskah atau Easter egg termasuk akrab dalam tradisi merayakan Paskah. Saya jadi teringat tahun lalu sewaktu mau kembali dari Adelaide, ceritanya mau membeli coklat untuk oleh-oleh keluarga dan teman-teman di tanah air. Ternyata coklat yang dijual semuanya berbentuk telur, ternyata waktu itu hari-hari menjelang Paskah. 

Mungkin tidak semua orang tahu bahwa Easter atau Paskah bukanlah berasal dari tradisi agama Kristen. Seorang teman saya orang Australia memberitahu saya bahwa perayaan Paskah berasal dari festival kaum pagan (menganut agama/kepercayaan selain monoteistik – percaya pada keesaan Tuhan) di belahan bumi bagian utara pada abad ke 13, dalam rangka merayakan permulaan musim semi.  

Kata Easter sendiri berasal dari “Eostre”, seorang dewi musim panas dan kesuburan dalam kepercayaan Anglo-Saxon. Eostre disimbolkan sebagai kelinci, yang melambangkan kesuburan. Menurut legenda, dewi Eostre menghibur anak-anak dengan mengubah burung kesayangannya menjadi  marmut  yang menghasilkan telur berwarna-warni. 

Pada waktu perayaan musim semi, adalah biasa bagi para pagan untuk membagi-bagikan telur sebagai simbol penciptaan, kehidupan baru dan kebangkitan alam setelah musim dingin yang panjang. Di abad ke 15, pada waktu agama Kristen berkembang dan menjadi dominan, maka telur Paskah menjadi simbol religi, melambangkan kebangkitan Isa Almasih. 

Menghiasi dan mewarnai telur untuk Paskah menjadi kebiasaan yang dilakukan di Inggeris pada Abad Pertengahan, dan kemudian, pada abad ke 17 dan ke 18, mainan berbentuk telur dibuat untuk diberikan sebagai hadiah Paskah kepada anak-anak. Akhirnya, pada abad ke 19, telur pertama yang dibuat dari coklat dibuat di daratan Eropah. Pada saat yang sama, kelinci Paskah dijadikan simbol di Jerman dan adalah kaum imigran Jerman inilah yang memperkenalkan gagasan kelinci bertelur ke AS dimana kebiasaan memberikan hadiah telur berwarna warni pada saat Paskah kepada anak-anak dimulai.

Tiga minggu sebelum Paskah saya berada di Adelaide, Australia, dan sewaktu mengunjungi sebuah toko coklat untuk membeli untuk oleh-oleh, saya menemukan semua coklat yang dijual dibuat dalam bentuk telur, dengan bermacam warna dan ukuran. Sebelum saya terheran-heran, penjual sudah mendahuluinya: “we are celebrating Easter in three weeks time”. Sekarang saya tahu sebabnya.

No comments:

Post a Comment