Friday, February 22, 2013

Pengolahan air skala rumah tangga (2)



SARINGAN KERAMIK, ALTERNATIF PENGOLAHAN AIR MINUM YANG SEHAT UNTUK RUMAH TANGGA
Oleh: Ris Sukarma

(Bagian Kedua)



Pengantar



Dalam tulisan sebelumnya sudah dikemukakan bahwa saringan keramik merupakan teknologi tepat guna pengolahan air pada tingkat rumah tangga, yang sebenarnya sudah lama dikenal, tapi penggunaanya baru mulai dipertimbangkan kembali pada masyarakat di negara-negara berkembang. Dalam tulisan kedua ini akan disampaikan penelitian tentang saringan keramik oleh para peneliti dari berbagai perguruan tinggi di dunia, maupun lembaga-lembaga penelitian internasional. 


PENELITIAN ILMIAH

Saringan keramik adalah salah satu diantara teknologi pengolahan sederhana yang telah dikenal efektif dalam mengurangi resiko penyakit. Teknologi ini sebenarnya sudah dikenal lama, sejak Henry Doulton mencobanya sewaktu menyaring air sungai Thames di London pada tahun 1827. Air sungai Thames pada waktu itu tercemar berat oleh limbah manusia. Sejak itu penyaringan dengan keramik dikenal sebagai cara yang efektif untuk menghilangkan bakteri dalam air. Dengan prinsip yang sama, saringan keramik saat ini diproduksi dan digunakan di daerah perdesaan di negara-negara berkembang di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Penggunaannya sebagai pengolahan setempat pada tingkat rumah tangga telah banyak dipelajari dan diteliti. 

Clasen et al (2004) mengindikasikan bahwa setelah saringan keramik diperkenalkan, resiko penyakit diare perorangan dalam intervensi rumah tangga di Bolivia adalah 70% lebih rendah. Untuk anak-anak di bawah umur lima tahun, pengurangan resiko terkena penyakit adalah sampai 83%. Hasil ini menunjukkan bahwa saringan keramik ada dalam jangkauan kemampuan rata-rata masyarakat berpenghasilan rendah dan dapat mengolah dan menjaga kualitas mikrobiologis dari air minum mereka.

Program Engineering for Developing Communities (EDC) dari Universitas Kolorado di Amerika Serikat melaksanakan sejumlah riset dalam penggunaan Filtron, saringan keramik yang dikembangkan PfP di Amerika Latin dan beberapa negara berkembang lainnya.  Engineers Without Borders (EWB) dan PfP secara bersama-sama menyiapkan studi kelayakan atas Filtron yang dikembangkan di Belize, Amerika Latin (Fahlin dan Valdez, 2002). Proses yang diusulkan adalah saringan pasir lambat terpusat yang dikombinasikan dengan Filtron di setiap rumah. Peneliti lain, Danielle Lantagne dari MIT (Alethia Environmental, 2001) meneliti efektivitas intrinsik saringan keramik dengan perak koloid yang dibuat PfP. Dia juga mengetes kinerja saringan PfP pada kondisi lapangan dan membandingkan kinerja saringan dengan metoda penyaringan lain yang umum digunakan.

Sederet kesimpulan dan rekomendasi dibuat, diantaranya yang penting adalah: (i) pembersihan saringan dengan sikat akan meningkatkan kapasitas penyaringan; (ii) E. coli hilang pada beberapa saringan tanpa aplikasi perak koloid karena ukuran porositasnya cukup kecil untuk bisa menyaring E. coli, meskipun perak koloid tetap diperlukan untuk menghilangkan bakteri secara tuntas; (iii) saringan yang sudah digunakan selama 7 tahun perlu dicek apakah masih bisa menyaring bakteri coli secara 100%. Ini menunjukkan bahwa umur perak koloid sebenarnya tidak terbatas. Disimpulkan bahwa saringan PfP dapat secara efektif menghilangkan bakteri dan bakteri indikator untuk organisme penyebab penyakit.

Dari pengalaman di Nikaragua, Lantagne mempresentasikan makalah tentang efektifitas intrinsik saringan dan kinerja lapangan dalam konferensi di Istanbul. Dia melaporkan penelitian di rumah-rumah yang mengindikasikan perlunya komponen penyuluhan termasuk penyimpanan yang aman, prosedur pembersihan, dan kunjungan tindak lanjut untuk menjamin bahwas efektifitas saringan ini sesuai di lapangan. 

Para peneliti lainnya yang tertarik dengan efektivitas penyaringan dan efisiensi penghilangan mikro organisme bakteri pathogen antara lain adalah Chris Fahlin dari Universitas Kolorado, Clair Mattelet dari MIT (2006), Doris van Halem dari Delft University of Technology, Negeri Belanda (2006). Ada juga Joseph Brown dari University of North Carolina at Chapel Hill (2007). Sedangkan penggunaan perak pada saringan keramik diteliti oleh Robert Niven (McGill University, 2005).


Doris van Halem di Laboratorium TU Delft (foto oleh Penulis)
Brown menyelidiki efektifitas saringan keramik di Kamboja sebagai disertasinya untuk gelar PhD. Hasil penelitian dia menunjukkan bahwa saringan mengurangi indikator mikroba dalam air minum dan berkontribusi terhadap penurunan penyakit diare pada penggunanya. Hasil temuannya yang penting adalah: (i) saringan mereduksi E. coli sampai 99.9999%, dengan reduksi rata rata kira-kira 99% baik di laboratorium maupun pada percobaan di lapangan; (ii) saringan mereduksi MS2, suatu virus dengan rata-rata reduksi sebesar 90-99% pada percobaan laboratorium; (iii) penggunaan saringan mereduksi penyakit diare sekitar 40% pada pengguna dibandingkan dengan bukan pengguna; (iv) saringan bekerja secara efektif dalam jangka waktu yang lama, sampai 44 bulan dalam pemakaian lapangan; (v) jumlah pengguna saringan berkurang karena pecahnya saringan, sedangkan penggantinya tidak tersedia; dan (vi) saringan keramik di lapangan rentan terhadap kontaminasi ulang karena tidak dipelihara dengan baik. 
John Harris, peneliti lainnya, tertarik dengan aplikasi dan aspek keberlangsungan pemakaian saringan. Dia meneliti hal ini dalam rangka tesisnya untuk mendapatkan gelar MSc di Universitas Oxford (2005). Harris menemukan bahwa selain kegunaannya, ternyata tingkat penerapan dan pemakaian saringan keramik untuk jangka panjang masih cukup rendah. Meskipun penelitiannya mencakup berbagai jenis pengolahan setempat (termasuk saringan keramik), hasilnya tampaknya kurang menggembirakan. Banyak dari proyek pengolahan setempat yang tidak berlanjut. 

Kegagalan ini, menurut dia, karena hal-hal berikut: (i) akses dan pemakaian – mendapatkan produk yang berguna untuk konsumen dan jaminan penggunaan yang benar; (ii) kesadaran dan promosi – membangun kesadaran akan kegunaan produk dan membuat para pengguna akhirnya membelinya; (iii) biaya dan kemampuan konsumen – harus ada jaminan bahwa harga produk terjangkau, terutama berkaitan dengan kebiasaan dalam membelanjakan uang dari masyarakat sararan; (iv) aspek bisnis – karakteristik produk dan pasar dimana produk dijual yang tidak selalu mengikuti kaidah bisnis yang biasa; and (v) hambatan politis dan administratif  – kesulitan mendapatkan dukungan politis dan masalah administratif yang mendukung penerapannya. Dia yakin bahwa pendekatan komersial bukanlah obat mujarab, dengan alasan bahwa (i) karena kegagalan sebelumnya dalam mencapai kelayakan komersial, adalah spekulatif untuk mengira bahwa hal ini juga akan terjadi dimasa datang; (ii) mengharapkan pengembalian secara komersial akan mengesampingkan aspek pemanfaatannya untuk kesehatan umum; dan (iii) keinginan untuk mencapai sasaran komersial sekaligus perbaikan kesehatan adalah dua hal yang bisa kontradiktif.

Meskipun demikian, kesempatan di masa datang terbuka lebar. Ada enam faktor yang membantu pendekatan pengolahan setempat ini memiliki kelayakan komersial, antara lain adalah (i) memperbaiki dan meningkatkan posisi produk; (ii) mendorong kesadaran akan kesehatan; (iii) menawarkan pengolahan setempat sebagai pilihan; (iv) mengadaptasi praktek-praktek bisnis; (v) mencari alternatif model yang layak; dan (vi) fokus pada peningkatan kualitas produk. 

Kelayakan saringan keramik juga dipelajari oleh McAllister (2005). Tujuan penelitiannya adalah untuk menyiapkan pedoman dalam pengembangan teknologi saringan air, membandingkan lima jenis saringan air yang ada saat ini berdasarkan pedoman, dan memberikan rekomendasi kepada PBB untuk penggunaannya. Saringan dengan lapisan perak merupakan salah satu dari jenis saringan yang diteliti, termasuk saringan dengan oksida besi, saringan plastik mikro, saringan karbon aktif dan pemanasan dengan matahari. Hasil analisa menunjukkan bahwa tidak ada satupun dari saringan tersebut bisa sepenuhnya menghilangkan virus atau bahan kimia. Suatu hal yang tidak ideal memang, tapi ada harapan kedepan. Semua saringan yang dianalisa dapat menghilangkan sampai 95% bakteri dalam air dengan pengecualian saringan arang. 

Selain Potter for Peace (Pf), Yayasan PRACTICA, sebuah organisasi nirlaba lainnya yang berbasis di Belanda, mengembangkan saringan keramik sebagai bagian dari misinya untuk mengentaskan kemiskinan melalui diseminasi pengalaman dan pengembangan, dan pengenalan teknologi air dan energi tepat guna dan jasa, sebagai cara untuk memberikan kontribusi pencapaian MDG. Yayasan ini menemukan bahwa saringan keramik tidak dapat menghilangkan arsenik, florida, besi dan pestisida. Air tanah dalam umumnya dianggap aman secara bakteriologis. Dalam hal dimana air tanah tercemar oleh arsenik, florida atau besi, PRACTICA menyarankan masyarakat untuk beralih menggunakan air permukaan yang dikombinasikan dengan saringan keramik untuk menghilangkan kontaminasi karena bakteri. Sarana untuk memproduksi saringan dari PRACTICA telah dibangun di Kamboja, Nikaragua, Ghana, Sri Lanka, El Salvador dan Myanmar.

Riset lainnya yang didukung GTZ (Mei 2007) dilaporkan pada lokakarya penggunaan saringan keramik di Yaman. Proyek ini, yang melibatkan perajin traidisional Yaman, dimulai dengan mendorong para perajin membuat pot irigasi sebagai alat untuk mengurangi jumlah air yang digunakan dalam pertanian pada masyarakat miskin di Yaman. Pada saat yang sama, ada keinginan untuk membuat saringan air dari keramik. Sebanyak 500 saringan air telah diimpor ke Provinsi Shabwa di selatan dimana masyarakat penerima menyambutnya dengan sangat baik. 

Penelitian paling mutakhir adalah yang dilaksanakan oleh Water and Sanitation Program -  East Asia and Pacific region (WSP-EAP)  dari Bank Dunia dalam penggunaan saringan keramik di Kamboja (Agustus 2007). Program yang sudah berjalan selama empat tahun ini (2002-2006) disimpulkan memiliki “hasil yang menjanjikan yang menyimpulkan bahwa intervensi yang dilakukan dapat secara efektif meningkatkan kualitas air dan memberikan sumbangan yang besar dalam peningkatan kesehatan bagi masyarakat yang menggunakannya”. Beberapa temuan penting dari penelitian ini adalah bahwa:

(i)              pemakaian saringan berkurang rata-rata 2% per bulan sesudah pemasangan, utamanya karena pecah;

(ii)            pemantauan terhadap penggunaan saringan sesuai berjalannya waktu membuktikan bahwa saringan digunakan dengan alasan dan pertimbangan sebagai berikut:

a.       hal-hal yang berkaitan dengan air, sanitasi, dan PHBS di rumah,

b.      investasi oleh penghuni rumah atas teknologi yang ditawarkan, dan

c.       penggunaan air permukaan sebagai sumber air yang utama;

(iii)          saringan mereduksi bakteri E. coli/100 ml sebesar 98% dalam air yang disaring versus air yang tidak disaring, meskipun dalam beberapa kasus kinerjanya bisa melampaui  99.99%;

(iv)          efektifitas pengurangan mikroba tidak tercatat dalam kaitannya dengan lama penggunaan;

(v)            saringan bisa secara efektif mereduksi organisme indikator bakteri, tapi kemungkinan bisa tercemar lagi pada saat dibersihkan dengan kain yang kotor; dan

(vi)          saringan berhubungan dengan pengurangan diare sampai 46% apabila dibandingkan dengan penduduk yang tidak menggunakan saringan, ini merupakan intervensi perbaikan kualitas air yang paling efektif pada tingkat rumah tangga.  

(Bersambung)

No comments:

Post a Comment